

GOSIPNYA
Tahun 1933 seorang pria asal Guangdong, China memulai bisnis sebagai penjahit pakaian formal untuk pria di Jalan Pahlawan, Surabaya. GOSIPNYA klien pertama yang dibuatkan jas oleh sang buyut berasal dari Jepang dan Belanda. Jas buatan Wong Hang terkenal halus dan pas di badan pemakainya.
Tahun 1983 Wong Hang meninggal dengan meninggalkan 5 mesin jahit dan beberapa gulung kain dari langganannya yang belum selesai dikerjakan. Usaha tersebut kemudian diteruskan oleh anak sulungnya, Wongso Subroto. Di tangannya, Wong Hang Tailor terus berkembang pesat dan mampu melakukan ekspansi ke berbagai kota besar di Indonesia.
Peter Wongso lalu meneruskan usaha ini sebagai generasi ketiga. Peter mengaku bersyukur telah dididik oleh keluarga yang mempertahankan tradisi. Misalnya, tetap memanfaatkan sistem penjahitan manual dengan tangan meski telah hadir teknologi komputerisasi. Dibutuhkan sentuhan seni untuk menghasilkan jas yang mampu menonjolkan kelebihan tubuh seseorang. Karena itulah, orang-orang yang bergerak didalamnya, dituntut memiliki bakat seni.
Tugas penjahit adalah mewujudkan mimpi konsumen dan menutupi kekurangan dari pelanggan. “Membuat jas itu memiliki keunikan tersendiri. Bagaimana kita bisa menutupi kekurangan tubuh dan menonjolkan kelebihannya. Tubuh manusia itu complicated,” kata Peter.
Wong Hang Tailor berusaha membuat konsumen yang berperut besar menjadi terlihat lebih ramping. Ada teknik yang membuat jas jatuh dengan elegan dan pas sesuai anatomi tubuh. Perbandingan antara pundak dengan kaki menjadi salah satu hal penting yang dipertimbangkan. “Orang sering bilang kalau model itu akan terus berputar pada periode tahun tertentu. Tapi kalau saya bilang, desain itu misterius,” ungkap Peter.
Menurut Samuel, salah satu rahasia di balik eksistensi Wong Hang Tailor adalah memiliki ciri khas yang membedakan jas buatan mereka dengan yang lainnya, “Ciri khas kami adalah jas handmade. Craftsmanship yang dibuat dengan tangan. Masih menonjolkan sisi tradisional, seni membuat jas itu sendiri.”.
Meskipun kini jas pria bisa dengan mudah di dapatkan di toko-toko pakaian atau mal, jas karya Wong Hang Tailor tetap diminati karena selain dibuat sesuai dengan bentuk tubuh dan gaya busana pemakainya, memakai jas karya Wong Hang juga meningkatkan kepercayaan diri dan status sosial karena harganya yang cukup mahal untuk ukuran jas.
Wong Hang Tailor pun bukan sekadar membuat jas sesuai permintaan pelanggan, mereka juga membantu memilihkan busana yang cocok dan tepat untuk pelanggan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Menurut Samuel, banyak pria yang ketika datang ke tokonya masih bingung bagaimana berbusana formal dengan setelan yang tepat.
Tidak hanya konsisten menggunakan jas, Samuel juga berusaha untuk mencoba berbagai jenis kain sampel jas sebelum merekomendasikannya ke orang lain. Menurut Samuel, sebelum orang lain mempercayakan busana yang akan dikenakan pada dirinya, ia harus mengetahui terlebih dahulu seluk beluk produk yang dibuatnya.





Pada Juli 2019 paman Samuel, Lianto Wongso meluncurkan aplikasi Stevano Brill yang dirancang untuk generasi milenial yang dinamis dan menyukai kepraktisan. Stevano Brill memakai teknologi Augmented Reality (AR) untuk mengukur tubuh secara virtual. “Memang kalau soal keakuratan lebih baik datang dan mengukur langsung di toko. Namun, kami menjamin selisihnya hanya sedikit. Selain itu, aplikasi ini bisa sangat mempermudah pelanggan,” jelas Samuel.

, Terimakasih telah mengunjungi Biodataviral.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Terviral.id, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.