Biografi

Rumah Warna Usaha Kecil Berbasis Orisinalitas

Profil Pengusaha Nanang Syaifurozi

 

rumahwarna.png
 
Usaha kecil berbasis orisiniltas. Rumah Warna didirikan pada tahun 2013. Sejarahnya, dimulai dari pasangan kreatif, pasangan pengusaha suami istri Nanang dan Ane. Keduanya memang hobi membuat pernak- pernik. Salah satu usahanya hanyalah produk frame. 
 
Waktu itu keduanya hanya menjual dalam jumlah kecil. Usaha rumahan lah, orderannya hanya 10- 100 pcs per- bulan, itupun dari saudara.

Seiring waktu usaha kecilnya berkembang juga aktif memproduksi produk baru. Mereka memproduksi box dan memperkenalkan ke halayak sebagai industri rumahan. Berawal dari usaha membuat bingkai kecil. Pengusaha Nanang hanya bermodal 50 ribu rupiah.

 

Membuka Usaha

 
Pengusaha Nanang tidak menyangka hobinya semasa kuliah berhasil. Dia bersama pacarnya, istrinya sekarang, menyukai mengumpulkan pernak- pernik. Terutama yang berbahan kertas berbentuk bingkai foto. Dia menyukai memasang tersebut di tembok kamar kos.
Ia sempat menawarkan kepada teman. Begitu laku dia dan Ana malah ketagihan jualan. Produk dijual murah Rp.7000 ke bazar Minggu di kawasan UGM. “Laku satu aja rasanya seneng banget,” tuturnya. 
 
Dengan telaten keduanya berjualan di pinggir jalan. Tanpa rasa malu. Mereka terus berkreasi membuat pernak- pernik lain. Mereka terutama menjual kesukaan remaja putri. Rintangan muncul ketika orang tua Nanang mengetahui ini.
Orang tuanya tidak terima. Mereka ingin anaknya fokus berkuliah. “Beliau (orang tua) berharap saya bisa kerja kantoran setelah lulus. Dan tidak ingin nasib saya seperti orang tua saya yang kesehariannya jualan toko kelontong,” kenangnya.
Bukannya berhenti Nanang malah makin berkreasi. Ada harapan dibalik berjualan seperti tersebut. Mahasiswa D- 3 Broadcasting UGM tersebut meyakini akan lulus. Bahwa dia akan lulus tepat 2002, dan terbukti memang lulus tanpa penundaan.
 
Nanang semakin bikin sewot orang tuanya setelah ngeyel. Dia memilih lanjut wirausaha. Sekaligus ia mantap menikahi pacarnya Ana. Dia adalah adik kelasnya kuliah. Keduanya pasangan suami istri yang baru lulus dan tidak memiliki pekerjaan tetap.
 
Prinsip Nanang sederhana mau hidup berkecukupan. Tidak perlu mapan. Yang penting dari berjualan pernak- pernik ia mampu memberi makan. Mereka kemudian menikah. Karena dia telah bertekat maka orang tuanya mengijinkan. Itupun tidak ramai- ramai asalkan sah secara hukum.
 
Bahkan teman kosnya tidak tau. Karena mereka berdua tetap ngekos tetapi beda tempat. Pengusaha muda kelahiran Banjarnegara, 18 September 1979, yang merasakan makin banyak rejekinya. Salah satunya ketika mereka membuka stand di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di 2002.
 
Dari festival tersebut pesanan membanjiri dari Spanyol, Prancis, Jerman, Jepang, dan Amerika. Usaha yang mereka tekuni “booming” frame foto daur ulang. Namun dia tidak mau latah. Ia semakin banyak berkreasi berkonsep colorfull.
 
Mereka menarget anak ABG perempuan. Selain membuat produk tempel- menempel, mereka mulai mengerjakan aneka pernak- pernik jahit, dari dompet, tas, kantong handphone, bedcover, sprei. Karya mereka tetap berkonsep colorfull apapun itu.
 
Awalnya mereka tidak mudah memasarkan barang. Ketika mengembangkan dan mencari modal, ia sempat dipandang sebelah mata pihak Bank. Bagi pebisnis pemula mereka tidak meyakini. Hingga ia mampu membuktikan penghasilan.
 
Tujuh tahun usaha menghasilkan sistem franchise. Ada beberapa cabang franchise dari Kalimantan dan Jawa Tengah. Usaha pokoknya sendiri sudah hasilkan omzet Rp.1 miliar perbulan. Prinsip mereka adalah give and take atau, “selalu memberi dulu, baru menerima dalam hal apapun,” ujar Nanang.

Rejeki Usaha Kecil

 
Yang membuatnya laris karena dia dan istrinya membidik anak- anak ABG. Usahanya kemudian disebut Rumah Warna. Usaha itu tumbuh pesat dengan memproduksi berbagai produk lain.

Pada akhir 2003, untuk produk bingkai foto saja, keduanya mampu mendapatkan order 10.000 pcs per- bulan. Nanang semakin berkonsentrasi dengan usaha Rumah Warna -nya. Masih mengusung target pasar yang sama, merek mulai membuat tas, dompet scrapbook, bingkai sampai seprei dan bed cover. 

 
Kesemuanya itu dibuat warna- warni lucu. Pada tahun 2004, produk- produk yang dihasilkan oleh Rumah Warna mulai diberi label sebagai pengenal identitas produk. Saat itu pula usaha Rumah Warna mempunyai 3 orang karyawan tetap.
Pada tahun 2005, mereka mulai aktif mengikuti berbagai pameran di kawasan Yogyakarta. Brand Rumah Warna mulai dikenal. Pegawai pun meningkat sejalan dengan jumlah pesanan jadi 10 orang dalam satu tahun. 
 
Sebagai catatan di Yogyakarta pameran industri kreatif memang rajin dilakukan. Ini cocok bagi anda yang sedang merintis bisnis maka datanglah ke Yogya. Pada 2006 sebuah showroom dibangun Rumah Warna di Ring Road Utara.

Tempat showroom ditujukan untuk memajang produk warna- warni mereka. Disana mereka menerima order dari pengunjung. Semua transaksi jual-beli produk- produk dari Rumah Warna ada disana, hingga melalui sistem online. 
 
Sementara itu produksi produk- produknya dihasilkan di rumah yang disulap jadi pabrik kecil. Sebagai catatan untuk karyawan produksi total 20 orang pada 2006. Ditambah karyawan di tokonya. Di tahun 2007, jumlah karyawan jadi 40 orang menjadikan usaha kecil ini jadi usaha menengah.
Jumlah karyawan jadi 72 orang, mulai awal tahun 2008, Rumah Warna telah resmi mengontrak sebuah rumah dengan ukuran yang cukup sebesar. Rumah itu dijadikan tempat produksi yang berlokasi di JL. Pandean Sari no.8 Condong Catur Yogyakarta. 
 
Hingga saat ini jumlah karyawan produksi yang mencapai 60 orang dan 30 arang untuk non produksi. Jumlahnya ada 2 pabrik di Kutoarjo dan Bantul yang produksi normal hariannya bisa mencapai 35 ribu per bulan.

Ada 6 Show Room yang tersebar di seluruh wilayah yogyakarta, Solo dan Semarang, yaitu : (1) Ring Road Utara, Pandega Satya 15A Yogyakarta; (2) Mal Galeria Lt.2 Yogyakarta; (3) Plasa Ambarukmo, Lt. Lower Ground Yogyakarta; (4) Mal Malioboro, Lt. Upper Ground Yogyakarta; (5) Solo Grand Mall Lt.1 Solo; (6) Mal Ciputra – Simpang Lima Semarang. 
 
Dan untuk omzet, Nanang menyebut angka 4 miliaran rupiah. Kini, Rumah Warna juga sudah memiliki 70
outlet di penjuru Indonesia. Malah Rumah Warna sempat membuka outlet di
Jepang dan Prancis. 
 
Sayangnya, Nanang kurang mempersiapkan diri dengan
pembukaan pasar tersebut,  permintaan disana justru terlalu tinggi dan
tak sanggup dipenuhi oleh pabrik yang ada. Apa rahasia suksesnya terletak pada fokusnya pada produk hand made. 
 
Meski jadi kurang efektif untuk produksi ke luar negeri, nyatanya produk Rumah Warna selalu unik. Nanang masih punya mimpi. Meski tak bisa secepat pabrikan bermesin. Pengusaha ini tetap akan mencoba merembah  ke pasaran luar negeri. Dia juga mematok 500 cabang untuk produknya.

, Terimakasih telah mengunjungi Biodataviral.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Terviral.id, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Comments

Most Popular

To Top