Profil Pengusaha Siti Hadra

Ini kisah guru honorer bernama Siti Hadra. Akibat pandemi banyak guru mengeluhkan kehilangan uang tambahan. Terutama guru honorer yang memang sudah sedikit. Dikisahkan setelah enam bulan tanpa ada tanda dana BOS; Siti berkeluh kesah kepada temannya.
Wanita berhijab tersebut berkeluh kesah kepada Ici Arfanika. Ia mengeluhkan keuangannya seret. Dimana dia cuma mengantongi uang Rp.50 ribu. Mengandalkan gaji guru honorer tentu susah. Mau menunggu dana BOS tetapi belum dikucurkan.
Usaha Keripik Pisang
“Masih saya ingat kala itu, uang dikantong tinggal Rp.50 ribu. Mana dana BOS terputus enam bulan diterima pihak sekolah,” ujar guru SMK Negeri di Palu.
Terdesak ekonomi memaksanya berpikir kreatif. Sarjana S2 IAIN Palu, lantas mengajak rekannya Ici berjualan keripik. Ici merupakan rekannya di Kohati HMI Palu. Mereka sepakat membuka usaha keripik pisang.
Ici ikut patungan hanya terkumpul uang Rp.100 ribu. Uang sedikit tersebut dibelikan bahan baku buah pisang. Lalu mereka menggorengnya dan dikemas dijual Rp.2000 -an. Mereka enggak menjual mahal- mahal.
Berbekal dapur seluas 2,5 meter x 2,5 meter dan peralatan pribadi. Siti menggoreng di tempat sempit tersebut. Panasnya kompor membuat suasana panas terasa. Siti pun bercanda bahwa tempat tersebut sudah termasuk sauna.
“Kalau ada di dalam (ruang produksi), seperti kita di dalam sauna. Jadi tidak perlu lagi ke sauna, cukup di sini aja,” candanya ketika ditemui pewarta PaluPuso, melalui Kumparan.com.
Usaha tersebut bernama Keripik Asbal Palu. Siti mampu memproduksi sampai berkarung- karung. Siti tetap usaha walau menempati ruangan sempit tersebut. Usahanya berjualan melalui pihak sekolah dan dijual ke anak- anak.
Harga keripik Rp.2000 membuat usahanya laris manis. Murah tetapi berkualitas. Siti semakin terpacu membuat keripik. Apalagi pihak dititipi kembali memesan kembali. Siti bahkan membuat aneka varian keripik. Rencana awal dia mau berjualan buat bertahan satu- dua minggu.
Ternyata Siti menemukan wirausaha keripik pisang menjanjikan. Kisah guru honerer 28 tahun tersebut berlanjut. Kini dia tidak menjual keripik ukuran Rp.2000 -an. Melainkan ukurang besar karena akan dikirim keluar kota. Siti juga memiliki beberapa reseller.
Reseller termasuk dari Luwuk Kabupaten Banggai. Beberapa orang asal Kalimantan Timur dan juga Pulau Jawa. Tempat produksi mereka masih menumpang asrama Mahasiswa Balaesang Kabupaten Donggala. Dimana Siti dan Ici menawarkan pula lapangan pekerjaan.
Mereka mahasiswa asal Balaesang Kabupaten Donggala. Mereka membantu memenuhi pesanan buat reseller sampai 200kg tiap bulan. Diluar kebutuhan reseller sampai 50kg dijual. Nama Keripik Asbal Palu sudah terkenal, dulu tidak punya reseller sekarang sudah punya banyak.
Proses penggajian sudah ditentukan buat mereka. Mahasiswa akan mendapatkan gaji dihitung perbuah pisang dikupas. Perbuahnya dibayar Rp.200 dan terbuka. Bahan baku pisang tanduk, yang mana Siti sempat kesulitan, tetapi Alhamdulillah, sudah mempunyai pemasok asal Balaesang Pantai Barat.
Kemudian buat pengiriman juga memanfaatkan mahasiswa lain. Mereka akan dibayar buat membantu pengiriman. Siti juga menerapkan biaya ongkir diluar harga. Bila memakai jasa pengiriman mungkin akan lebih mahal.

, Terimakasih telah mengunjungi Biodataviral.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Terviral.id, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.