Biodata

Rahmad Darmawan (1966-…): Sentuhan Midas bagi Si Kulit Bundar

DI DUNIA sepak bola, olahraga populer dan luar biasa merakyat di Indonesia, tidak banyak putra Lampung memiliki reputasi nasional. Yang paling menonjol adalah Rahmad Darmawan. Prestasi tertinggi pria kelahiran Metro, 26 November 1966 ini dicatat bukan saat menggocek bola di lapangan sebagai pemain, tapi justru sebagai pelatih.

Perjalanannya sebelum sukses menjadi pelatih cukup panjang. Ketika masih duduk di bangku SMA, Rahmad membela tim sepak bola Lampung pada PON XI 1985 di Jakarta. Satu tahun kemudian ia terpilih memperkuat timnas junior.

Tahun 1988–1994, Rahmad bergabung dengan timnas senior. Pada saat bersamaan, dia juga membela Persija Jakarta. Pada kurun waktu 1992–1993 ia sempat mengadu nasib di Malaysia dan bergabung dengan klub Army Force FC.

Kemudian, Rahmad kembali ke Tanah Air dan bergabung kembali dengan Persija. Pada 1996–1998, ia bermain untuk Persikota Tangerang sampai akhirnya gantung sepatu dan menjadi asisten pelatih di klub yang sama.

Selain aktif dengan sepak bola, sampai kini Rahmad juga masih tercatat sebagai anggota TNI AL dengan pangkat kapten Marinir. Dia pertama kali berdinas di Korps Marinir Cilandak, sebagai perwira jasmani, dan kini menjadi perwira staf Dinas Administrasi Personalia Lantamal III di Jakarta.

Sebagai pelatih, ia mengantongi lisensi A dari AFC pada 2000. Kursus tambahan yang ia ikuti adalah Conditioning Course of Football di Malaysia tahun 2003 dan International Coaching Course Jerman tahun 2004.

Sesungguhnya, Rahmad sudah menimba ilmu sebagai pelatih saat masih aktif sebagai pemain, yakni pada 1991. Cedera saat itu membuatnya harus istirahat dari lapangan hijau. Ia sempat melatih PS Bank Indonesia dan PS Angkatan Laut.

Namun melatih tim secara profesional dimulai dari Persikota sebagai asisten pelatih Andi Lala pada 1998, dan asisten pelatih Sutan Harara pada 1999–2000. Mulai 2001 hingga 2004 Rahmad “naik kelas” menjadi pelatih kepala Persikota.

Meninggalkan Persikota, Rahmad bertualang ke provinsi paling timur Indonesia. Dia melatih Persipura Jayapura. Cukup satu musim bagi Rahmad membawa Tim Mutiara Hitam menjuarai Liga Indonesia 2005. Persipura bukanlah sekelompok tim berjejal bintang. Tetapi, cara pendekatannya terhadap pemain dan ilmu kepelatihannya yang mumpuni, walaupun jam terbang kepelatihannya masih rendah, dia sukses membawa Persipura menjadi tim yang disegani.

Hanya satu musim di Persipura, Rahmad menerima pinangan klub elite Ibu Kota, Persija Jakarta. Di tim yang disesaki pemain bermutu ini, sentuhan Rahmad tidak terlalu menonjol. Rahmad kesulitan menangani tim bertabur bintang-bintang yang egois. Rahmad tidak bisa memilih pemain- pemain sesuai dengan kebutuhannya.

Tahun itu menjadi masa-masa paling sulit dalam karier Rahmad. Tetapi, dengan materi pemain seadanya dan bukan pilihannya, ia masih bisa membawa Persija ke babak delapan besar Liga Indonesia dan peringkat ketiga Coppa Indonesia.

Gagal bersama Persija, Rahmad pindah ke Sriwijaya FC Palembang. Awalnya, klub ini bernama Persijatim Jakarta Timur. Tidak lama, tim ini dilego ke Solo. Karena beberapa musim tidak juga berkembang di Solo, tim ini diakuisisi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui tangan Gubernur Syahrial Oesman. Namanya pun diubah menjadi Sriwijaya FC.

Dalam dua musim ber-home base di Palembang, Sriwijaya hanyalah tim menengah yang belum dilirik lawan. Saat Rahmad mengendalikannya, Sriwijaya bermetamorfosis jadi tim yang menggentarkan. Bahkan, Sriwijaya FC langsung menjuarai Liga Indonesia 2007.

Tidak cukup sampai di situ, Rahmad juga membawa Sriwijaya menjuarai Coppa Indonesia pada musim yang sama, sebuah kompetisi berformat turnamen terbesar di Tanah Air. Sriwijaya dan Rahmad pun tercatat sebagai klub dan pelatih pertama yang mencatat double winner dalam sejarah sepak bola Indonesia.

Sriwijaya juga bukanlah tim yang bertabur bintang. Tetapi di Palembang, Rahmad mendapat peran dan wewenang seluas-luasnya untuk mengelola tim. Sebagai seorang pelatih, Rahmad sangat mengerti apa yang harus dilakukan anak asuhnya di lapangan. Rahmad mampu memadukan metode teknik dan psikologi dalam melatih serta kedisiplinan yang tinggi sebagai seorang perwira TNI Angkatan Laut.

Suami dari Eti Yuliawati ini juga adalah pribadi yang rendah hati dan tidak jemawa terhadap setiap keberhasilan. Bagi Rahmad, kemenangan adalah karunia Allah swt.

Rahmad sempat menjadi kandidat pelatih tim nasional di pengujung 2007 bersama pelatih senior, Benny Dollo. Tetapi, Rahmad lebih menghormati kontraknya bersama Sriwijaya yang masih tersisa satu tahun. n

BIODATA

Nama: Rahmat Darmawan
Lahir: Metro, 26 November 1966
Karier sebagai pemain:
– Tim Lampung di PON XI 1985
– Timnas Junior 1986
– Timnas Senior 1988–1994
– Persija 1988–1992
– Army Force Malaysia 1992–1993
– Persija 1993–1996
– Persikota 1996–1998

Karier sebagai pelatih:
– Asisten Pelatih Timnas Tiger 2002
– Pelatih Persikota 2003
– Pelatih Persipura 2005
– Pelatih Persija 2006
– Pelatih Sriwijaya FC 2007

Prestasi:
– Juara Liga Indonesia 2005 bersama Persipura
– Juara Copa Indonesia 2007 bersama Sriwijaya FC
– Juara Liga Indonesia 2007 bersama Sriwijaya FC

Sumber: 
Heri Wardoyo, dkk. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung, 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Bandar Lampung: Lampung Post. Hlm. 383-385.


, Terimakasih telah mengunjungi Biodataviral.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Terviral.id, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top