Biografi

Profil Kerajinan Kain Daun Kain Ulap Doyo Menginspirasi

Profil Pengusaha Myra Widiono

pendiri bisnis kain ulap doyo

Siapa sangka kalau daun bisa dirubah menjadi kain bati. Kreatifitas orang Indonesia memang sudah menembus batas terutama di bidang kerajinannya. Inilah kisah kain Ulap Doyo, satu buahnya dijual Rp.1,5 juta. Batik khas Kalimantan ini merupakan hasil kerajinan sebuah desa bernama Desa Tanjung Isuy.

Pengusaha wanita dibalik sukses mengangkat batik ini. Namanya Ibu Mira Widiono, penggagas batik ulap doyo, pemilik bisnis Rumah Rakuji mengelola hasil karya masyarakat untuk dipasarkan. Bahan dasar berbeda inilah menjadi nilai jual produk miliknya.
Bahan dasar utamanya adalah daun. Prosesnya dimulai dari pengambilan serat pada daun. Seratnya itu dikeringkan kemudian dijadikan benang kemudian ditenun. Kemudian diwarna dengan pewarna alam. Proses selanjutnya menurut Mira sama halnya dengan produksi batik biasanya.
Bertempat di rumah pengusaha Mira, di Rumah Rakuji, setiap kain ukurannya 200cm x 80cm. Ia lalu menjualnya Rp.1,5 juta per- lembar. Ukuran tersebut didasarkan ukuran tenun manusia. Jadi cocok karena ukurannya sepinggang dewasa. Bisnis ini tidak dia jalankan sendiri namun ada dukungan dari orang lain.
Pengusaha asal Jakarta dan Kalimantan membantu Mira. Peminat kain ini juga lumayan sehingga dia optimis bisnisnya ke depan. “…yang kurang suka minatnya ya membeli lembaran,” paparnya.

Bisnis passion

Myra Widiono sebenernya bekerja sebagai seorang arsitek. Namun, dengan bakat kreatifnya itu, dari sekedar membuat desain kemudian merambah bisnis fashion. Sekarang bisnisnya sudah memiliki 60.000 pegawai. Bebekal kepercayaan bahwa Indonesia memiliki kekayaan kultur, utamanya kain.

Dia menjadi pengusaha berbekal kepercayaan. Ditambah passionnya akan seni, yang mana dia lihat sudah kurang ketika mengikuti pameran kesenian. Kreatifitas yang dianggapnya dulu tidak begitu mengejutkan. Akhirnya dia membuat sebuah komunitas untuk membuat sebuah kain.

Dari sana mulai dia mencoba membuat kain. Hasil karya kain ulap doyo mulai diperkenalkan. Kemudian lahir sebuah pameran bernama Pameran Tenun Indonesia, yang ternyata menggaet banyak antusias. Jujur dia bukan ahli dalam hal kain. Hanya passion yang membawa Myra hingga sekarang ini.

Kemudian masuk ke pameran tahun kedua. Ia mulai berkenalan dengan para peminat kerajinan kain. Lantas dia berkenalan dengan Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional). Tidak hanya kain, Myra mulai tertarik akan dunia kerajinan secara keseluruhan.

Mereka mengadakan aneka pameran, dari kain, kerajinan kayu, keramik,dll. Myra belajar dari sana, dan mengaggumi bagaimana leluhur kita memiliki kearifan lokal dalam berkesenian. Berbekal dari pengalaman tersebut Myra mulai membuat tim kerja.

Dia yang dasarnya senang berpergian. Mulai bersama berkeliling mempelajari kesenian. Bersama Dekranans juga mengadakan aneka pameran kesenian selama 5 tahun. Dia sadar bahwa kesenian kita terlahir karena adanya cinta.

Bisnsi Rumah Rakuji sudah berjalan sebelum dia ikut Dekranas. Dia tertarik tidak cuma kain, tapi juga kesenian tari, lukis, dan musik. Berkat ikut Dekranas dia berkenalan dengan keramik, kerajinan kayu, dan lainnya. Kenyataan bahwa pengrajin Kalimanta terlilit kemiskinan membuatnya semakin bersemangat.

Dia bersemangat untuk memajukan mereka. “Saya hanya bisa melakukan hal kecil, tetapi setidaknya saya melakukan sesuatu,” jelasnya pada sebuah wawancara kepada Noesa.co.id

Memulai bisnis kain

Dari Dekranas, dia berkenalan dengan IKN (Industri Kreatif Nasional). Komunitas membawa Myra mengenal pewarna alami. Dia lantas kembangkan bersama workshopnya di Kalimantan, Flores, dan Sumba, mengajarkan masyarakat desa menggunakan pewarna alami.

Setelah keluar dari Dekernas, dia ikut kelompok Gerakan Pewarna Alam, tujuan awal bisnis Myra adalah sosial tidak menarget uang. Semua pameran penjualan tidak bertujuan mencari uang. Tetapi untuk mengembangkan kesenian kita. Termasuk memperkenalkan kepada masyarakat Internasional kita.

Di Kalimantan Barat, dia menemukan kain Ulap Doyo. Berbahan utama daun doyo, sebuah hal yang menyenangkan menemukan satu- satunya daerah menggunakan kain alami. Susah menemukan seni berbahan kain 100% alami. Menggunakan teknik ikat, sudah memiliki motif unik ketika disatukan jadi kain.

Sekarang ini kain tradisional tidak dibuat memuaskan. Kualitas menurun karena permintaan untuk produksi cepat. Masalah utama dihadapi berbisnis kain ulap doyo apa. Hanya ada 30 orang pengrajin di desa, dan hanya ada satu yang benar- benar ahli. Anak muda desa juga ragu untuk belajar ulap doyo.

Solusi produksi dikembangkan dia adalah membagi- bagi prosesnya. Setiap orang akan diposisikan pada posisi produksi tertentu. Dia kemudian mendapat dukuangan dari Pemda. Sayangnya Pemda meminta penggunaan warna kimia karena dianggap lebih cerah; lebih menjual.

Bisnis Myra adalah tentang kebutuhan masyarakat tanpa meninggalkan alami. Fokus bisnis sosial seorang Myra sendiri adalah artisan. Dia mengajak para artis muda, pengrajin muda untuk membuat sebuah pameran tetapi tanpa memaksa. Membangun komunitas lebih diutamakan untuk berbagi pemikiran.

Kenapa tidak memilih pewarna sintetik. Alasan kesehatan menjadi alasan utama. Buruk buat kulit, hingga menjadi polusi ketika usang. Banyak kepercayaan yakin bahwa pewarna alami justru bisa menyembuhkan penyakit.


, Terimakasih telah mengunjungi Biodataviral.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Terviral.id, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Comments

Most Popular

To Top