Profil Pengusaha Adang Muhidin

Cerita pengusaha kali tentang bisnis bambu. Berawal dari kebangkrutan usaha Adang Muhidin kini ternama. Dia mencoba mengikuti jejak kecintaanya. Tahun 2009- 2010, usahanya bangkrut, hingga menanggung kerugian ratusan juta.
Bekerja keras pengusaha
Karir bisnis Adang tidaklah mudah. Membangun bisnis dari nol tidaklah gampang. Adang pernah merasakan hidup susah menggelandang di Jerman. Karena harus berkuliah dengan biaya pas- pasan, kuliah S2, jurusan teknik perlindungan korosi, Universita Fachochslue Sudwestfalen, Jerman.
Kehidupan di Jerman sempat membuat dia putus asa. “Saya pernah menggelandang di Jerman,” ia mengenang. Dia pernah bekerja sebagai pencuci piring. Agar biaya makan ringkas maka dia memilih berpuasa. Harusnya kehidupannya dulu cukup melatih mental pengusahanya.
Dan memang, akhirnya dia sukses, tetapi menghadapi kenyataan hutang berbeda cerita. Apalagi dia bukan cuma pengusaha tetapi kepala rumah tangga. Dia yang juga pernah berjualan roti bakar. Lalu menemukan bisnis bambu ketika melihat konser Addie M.S. di televisi, tahun 2010.
Ia mengamati bahwa konser itu memiliki alat musik unik. Dia menyadari bahwa alat musiknya itu berlubang, dan lubang ada pada bambu, bagaimana jika kita membuat alat musik dari bambu?
“Lubang juga ada pada bambu,” tuturnya.
Kemudian dia berkenalan dengan komunitas Angklung Web Institute, Bandung, kemudian dia mulai berpikir bagaimana caranya membuat produk alat musik dari bambu. Ide bisnis ini baru tewujud di tahun 2010. Produk pertamanya adalah biola walaupun akhirnya berbentuk aneh.
Produk tersebut digambarkannya sebagai sesuatu yang menyayat hati. Seperti keadaan dia kala itu yang tengah dilanda kesusahan. “…lagu- lagu melengking, yang menyayat hati,” imbuhnya.
Bisnis kembali
Roda kehidupan berputar kembali ke arahnya. Bekal uang Rp.100 ribu, usaha bisnis bambu tersebut, dia coba menjadikan produk menjual. Produk biola aneh tersebut ternyata terjual Rp.1,5 juta. Lambat laun bisnisnya berkembang. Produk buatan Adang sudah sampai aneka gitar listrik dari bambu.
Produk satu ini menurut penelitiannya lebih gampang. Karena mengandalkan listrik untuk suara, jadi dia lebih mudah menyetel tune. Dan boleh percaya atau tidak faktanya, “… saya sendiri tidak bisa bermain musik.”
Bisnis alat musik bambu buatannya berkembang pesat. Bahkan menghasilkan omzet Rp.200 juta per- bulan. Ia sendiri memiliki banyak rencana akan bisnisnya ke depan. Dibawah bendera bisnis bernama VirageAwie yang berarti bambu, Adang sudah menemukan kunci bisnis alat musik bambu tersebut.
“Kunci utamanya ada pada laminasi,” tutur dia.
Tidak tanggung- tanggu berbisnis. Adang juga sudah membuka pabrik di Karawang loh. Tahun 2018 dia menargetkan bisa ekspor. Cita- cita yang belum terwujud ialah dia ingin membuat produk lengkap orkesta. Dia ingin bambu naik kelas dan dicintai masyarakat.
Butuh waktu untuk dia menemukan produk terbaik. Butuh banyak percobaan baru bisa. Begitu jadi satu biola “aneh” langsung dijajakan. Ketika itu ada orang Jepang yang berminat membeli biolanya. Begitu ditanya harga ia langsung spontan menyebut Rp.3 juta.
Ternyata laku, semangatnya semakin menggebu hingga jadilah produk drum, gitar, bas, sexophone, kecapi, dan cello. Pertama kali berbisnis modalnya cuma Rp.100 ribu. Uang itu dibelika bor Rp.52 ribu. Sedangkan bambunya dia dapatkan dari pinggir jalan depan rumah.
Bambu gelondongan belum ada nilainya. Jika dipikir paling bante dibuat meja ataupun kursi. Namun dia berpikir out of the box. Untuk marketing dia cukup memanfaatkan sosial media, lewat Facebook porduknya diviralkan. Tahun 2015 dia mengikuti berbagai acara untuk performa dan maskin terkenal.
Dari Malaysia, Singapura, Taiwan, Belanda, dan Jerman, sudah menjadi panggung buat aneka produk musik berbahan bambu ini. Lewat pameran dia juga bisa menjual sampai Rp.100 juta, bahkan dia pernah menjual sampai Rp.300 juta satu setnya.
Menjual via online pendapatan rata- rata Rp.100 juta. Uang hasil penjualan digunakan Adang untuk membangun komunitas bambu. Dia mulai memberikan pelatihan kerajinan. Dia mengajak mereka yang tidak mampu untuk berwirausaha.
Menurutnya jika orang kreatif pasti bisa membuat sesuatu, hasil karyanya pasti suatu saat akan diakui oleh masyarakat. Mangkanya dia mengajak pelaku usaha mikro lain tidak minder. Jangan lupa juga harus melek teknologi agar menjual dan berkembang pesat.
Dia yakin orang Indonesia hebat- hebat. Kerajinan tangannya hebat- hebat. Cuma belum banyak yang muncul saja memanfaatkan teknologi.

, Terimakasih telah mengunjungi Biodataviral.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Terviral.id, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.