Biografi

Pengusaha Tempe Rustono Menjadi Miliarder di Jepang

Profil Pengusaha Rustono

biografi rustono tempe

Pengusaha tempe Rustono, pria kelahiran Grobogan, Jawa Tengah ini, yang sudah 16 tahun hidup di negeri orang. Istrinya bernama Tsuruko Matsumoto orang Jepang. Dia memiliki dua orang putri yang cantik- cantik. Yaitu mereka Noemi Kuzumoto dan Remina Kuzumoto berusia 13 tahun.

Berbeda dua tahun dengan kakaknya di Jawa. Pengusaha tempe Rustono malah memilih hijrah ke Jepang dan akhirnya hidup bahagia. Bermodal membuat tempe sendiri, Rustono berhasil mengukir namanya, sebagai pengusaha sukses menjadi miliarder di Jepang.

Hanyalah seorang pendatang akan tetapi bukan amatiran. Ia tidak pernah menyangka pertemuannya dengan sang istri akan menjadi cerita menarik. Dia yang lulusan dari Akademi Perhotelan Sahid pada tahun 1987, bekerja sebagai bell boy di Hotel Sahid Yogyakarta.

Atau, lebih mudahnya, dia hanya bekerja mengantar dan melayani kebutuhan tamu. Bertahun bekerja di sana, ia pun jatuh hati kepada wanita asal Jepang ini. Wanita itu Tsuruku Matsumoto kemudian dipersuntingnya di Indonesia.

Hijrah Pengusaha Tempe Rustono

Tahun 1997, keduanya memutuskan berhijrah ke Kyoto, Jepang, tempat asal istrinya. Rustono sempat bekerja di beberapa perusahaan Jepang. Dia bekerja mulai dari perusahaan sayur- mayur hingga perusahaan roti, dimana semuanya menuntut ketelitian dan tanggung jawab cukup besar.

Sebagai karyawan asing Rustono kesusahan beradaptasi. Saat itu, ketika menjadi pegawai, dia mulai belajar bagaimana berbisnis di negeri matahari terbit ini. Dia sadar bagaimana etos kerjanya para karyawan cukup tinggi.

Berkat pengalaman berbagai industri inilah jiwa kewirausahaan itu muncul. Hati kecilnya terdorong agar membuka usaha yang belum pernah ada di Jepang. Terinspirasi produk olahan nato, yang juga terbuat dari kedelai, ia lantas memilih berbisnis tempe walaupun tanpa pengalaman.

Meski keduanya sama- sama produk terbuat dari kedelai, keduanya memiliki cita rasa yang khas negara masing- masing. Ayah dari Noemi Kuzumoto ini mencoba menekuni bisnis makanan dan pembuatan tempe.

Sebenarnya dia memiliki sedikit sekali ilmu tentang bisnis tersebut, namun tekatnya telah bulat. Dia harus melewati fase trial and error dimana ia terus mencoba dan mencoba. Rustono menjalani pekerjaan tersebut kurang lebih selama empat bulan.

Tak puas akan hasilnya, dia rela pulang ke Indonesia selama tiga bulan untuk belajar membuat tempe yang lezat dari 60 pengrajin tempe di seluruh Pulau Jawa.

Kuatnya tekad dan semangat terus belajar memproduksi tempe. Akhirnya pengusaha tempe Rustono menuai manis. Dia berhasil membuat tempe yang lezat, bermodal bantuan ragi dari Indonesia, dan memanfaatkan sumber mata air di sekitar kediaman mertuanya.

Setelah berhasil membuat tempe enak masih ada kendala lain menantinya di Jepang. Rustono berhadapan dengan ijin usaha yang terbilang cukup rumit di Jepang. Produknya perlu melalui serangkaian tahapan- tahapan penelitian dan tes akan kandungan produknya.

Tak hanya itu iklim di Jepang ternyata tak bersahabat dimana kelembapan udara bisa mencapai kurang dari 60%. Proses fermentasi tempe secara alami tidak bisa maksimal sehingga dibutuhkan sebuah peralatan khusus.

Semua kendala menjadikan pelajaran berharga baginya di sana. Ia pun sukses menghadapi semua tahapan serta kendala tersebut hingga tempe Rustono mendapatkan ijin. Rustono telah berhasil mengantongi ijin dari pemerintah setempat sehingga produknya kini bisa diperjual belikan.

Inspirasi Pengusaha Tempe Rustono

Produk bermerek Rusto Tempeh dikemas secara sederhana namun steril. Produk yang kemasannya menggambarkan kehidupan kampung di Jawa itu kini laris manis. Memanfaatkan kemasan produk 200 gram, sekarang ini kapasitas produksi Rusto Tempeh bisa mencapai 16.000 setiap lima hari.

Ia memasarkan produk tempenya ini hampir ke seluruh penjuru kota di Jepang, baik di perusahaan jasa boga, rumah makan vegetarian, toko swalayan, sekolah-sekolah, hingga ke beberapa rumah sakit di Fukuoka. Karena ini menggunakan standarisasi berbeda dari tempat aslinya yaitu di Indonesia.

Rusto Tempeh menjadi panganan sehat menyehatkan bagi warga Jepang. Dari mulai produksi tempe ditambah kerja kerasnya kini Rustono sekeluarga bisa hidup nyaman di negeri jauh. Ia bahkan sekarang mampu membangun pabrik berkapasitas besar di pinggiran hutan dengan mata air jernih.

Pabrik baru tersebut luasnya mencapai 1.000 meter per- segi tersebut merupakan hasil kerja kerasnya kini. Ia semula hanya mengerjakan produk tempenya di rumah kecil bersama sang istri. Ia pun tak akan berhenti disana ketika jiwa kewirausahaan itu tumbuh terus.

Dilansir Tribunnews.com, ia yang telah sukses berbisnis tempe, tengah memperlihatkan bagaimana rumah dan pabriknya bekerja. Rustono juga menyebut dirinya telah memiliki segepok rencana bisnis baru. Dia telah memastikan bisnis tempe di Jepang akan terus berjalan.

Baginya kini ialah belajar kembali bagaimana agar berekspansi hingga ke berbagai negara lain. Kini ia tak hanya akan menjual tempenya di Jepang, tetapi juga sampai ke Korea Selatan, di Meksiko, Hongaria, Perancis, dan Polandia.

Masih banyak negara lain lagi yang ingin ditembus. Agar bisnisnya itu kuat, ia telah mempersiapkan dua negara utama siap menjadi pasarnya. Mereka adalah negara Prancis dan Meksiko. Kedua negara tersebut juga telah dikenal akan masakan khasnya.

Rustono telah mempersiapkan dua wanita yang mewakili negara keduanya. Mereka telah bekerja atau training cukup lama di pusat bisnisnya, Jepang.


“Biarlah urusan dalam negeri Jepang nantinya diatur keluarga saya, dan saya sendiri akan mencari tahu kesempatan bisnis ke negara lain,” tekannya berkali- kali.

Ia baru saja membeli tanah seluas 4.000 meter persegi di dekat rumahnya seharga 6 juta yen. Lalu ketika dia bertanya kepada kontraktor berapa biaya membangun pabrik. Ia terkejut dengan angka yang ditawarkan itu mencapai 40 juta yen.

Keramahan khas orang Indonesia itu masih ada, namun sudah ditambah etos kerja yang tinggi khas Jepang. Baginya keberhasilan tempenya bukanlah tanpa kerja keras. Maka tak salah tidak hanya media Indonesia, media asal Jepang pun melirikanya sebagai sumber berita.

Tak disangka liputan media Jepang itu sampai kepada tetangganya yang berusia 80 tahun. Dia yang memiliki sebuah pabrik yang tak berjalan lagi mau membantu impian Rustono. Orang tua itu menjual kerangka- kerangka pabriknya seharga 50.000 yen.

Ketika seorang wartawan Tribunnews.com berkunjung, ia tengah mengawasi pabrik besar yang lagi dibongkar. Pabriknya seluas 18 meter x 6 meter akan menjadi pusat bisnis barunya. Dia berencana juga memasok tempe ke Indonesia. Rustono memastikan dirinya siap menjadi bos pabrik baru.

Di Eropa sendiri, tempe produksinya dijual sekitar 1,7 euro, sedangkan di Jepang harganya 250 yen sebungkus.


, Terimakasih telah mengunjungi Biodataviral.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Terviral.id, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Comments

Most Popular

To Top